Cara Jepang belajar dari kekalahan

Lepas sudah bulan Agustus. Bulan yang sarat dengan sejarah bagi banyak bangsa di dunia. Bila rakyat Indonesia di seantero negri memperingati bulan ini sebagai sebuah perayaan kemerdekaan. Mungkin sama halnya dengan rakyat USA dimana mereka menyambutnya dengan suka cita sebagai sebauah moment kemenangan dalam Perang Asia Pasifik 60 tahun yang lalu.

Tapi mungkin lain bagi rakyat Jepang. Bukan sekedar peringatan ataupun peristiwa bersejarah yang ada dalam bulan Agustus ini. Bukan sekedar moment dan kejadian masa lalu yang didengungkan. Dibulan ini mereka akan banyak merenung, memikirkan kembali dan menengok masa lalu sambil introspeksi mengambil pelajaran dari apa yang terjadi.

Kesan yang dapat ditangkap dari berbagai media koran dan televisi, kiranya mereka ingin memberikan makna bagi pengorbanan puluhan ribu tentara dan pelajar yang tewas di kepulauan Okinawa, Jepang selatan. Juga ratusan ribu rakyat sipil yang tewas bukan hanya di Hiroshima dan Nagasaki bahkan di seantero Jepang.

Kekalahan, kesalahan dan penistaan atas nilai-nilai kemanusiaan yang dilakukan oleh generasi terdahulu dan orang tua mereka dikaji kembali. Kesalahan dimasa lalu menjadi sebagai sebuah pijakan berprilaku dan bertindak sebagai sebuah bangsa. Sehingga bulan Agustus benar-benar memeiliki makna dalam perjalanan bangsa.

Maka lahirlah sebuah pemahaman bagi generasi kini atas arti kekalahan. Nilai-nilai perdamaian tentunya sangat menonjol dalam setiap pesan yang muncul. Dimana kejayan dan kemakmuran sebuah bangsa ternyata bukanlah dicapai dengan memperkuat pasukan, angkatan perang, kekerasan ataupun terror akan tetapi dengan jalinan persahabatan dan kerjasama. Kenistaan dan kehancuran dijadikan cambuk untuk dapat kembali muncul bersaing sebagai bangsa yang terhormat dengan cara belajar, berpikir positif terhadap kekalahan, terus berjuang dan bekerja keras.

Bagaimana dengan bangsa kita??

Comments

Popular posts from this blog

Stobu

Huis Ten Bosch

Restoran 100 yen