"Kaban Mochi" - briefcase carriers

Kaban mochi kalau di terjemahkan ke bahasa Indonesia berarti "pembawa tas". Istilah ini sudah tidak asing lagi bagi mahasiswa di Jepang. Awalnya saya juga agak aneh baca judulnya, kesannya jadi anak bawang. Jadi ingat kalau tujuh belasan, ada lomba baris berbaris untuk anak sekolah, yg tidak terpilih biasanya jadi tukang bawa minuman. Nah mungkin seperti itulah arti kaban mochi sepintas lalu.

Tadi malam ada acara TV special mengenai kaban mochi ini. Ternyata jauh dari dugaan saya sebelumnya tentang kaban mochi "anak bawang" ini . Untuk jadi Kaban Mochi ini ternyata harus melewati seleksi yang ketat , karena peminatnya sangat banyak. Kebanyakan yang ikut adalah mahasiswa beberapa universitas prestisius di sekitar Kanto (daerah Tokyo) misalnya Tokyo Daigaku, Waseda daigaku dst. Nah,apakah kaban mochi itu sebenarnya ? Seperti arti sebenarnya yaitu pembawa tas, yang lulus seleksi memang betul-betul jadi tukang bawa tas. Tapi bukan tas nya orang sembarangan, tapi orang-orang yang telah sukses misalkan CEO perusahaan besar atau businessman dalam istilah Jepangnya Sacho.

Kalau menurut saya program ini lebih dekat dengan istilah internship (magang), tapi program ini sengaja dibuat lebih non formal. Kerja kaban mochi ini Cuma berlangsung 5 hari kerja saja. Selama 5 hari itu para kaban mochi ini siap jadi ekornya Sacho, kemanapun Sacho pergi dia harus ikut, karena programnya yang singkat maka mereka yg terpilih ini harus betul- betul memanfaatkan waktu. Selain bawa tas , Kaban mochi ini diperbolehkan mengikuti Sacho sampai ke ruang rapat yang sifatnya tertutup bagi orang luar. Nah , disitulah keuntungan jadi kaban mochi, mereka bisa secara langsung belajar banyak hal, mulai dari cara memimpin suatu perusahaan, mengelola, melobi dan banyak lagi. Pengalaman yang paling berharga menurut saya adalah mereka mendapat motivasi langsung dari orang- orang yang telah sukses, dan kebanyakan dari Sacho ini juga memulai dari bawah.

Semalam yang diliput adalah Mahasiswa Tokyo Daigaku yang lulus seleksi di perusahaan Livedoor. Siapa yang tidak kenal dengan Livedoor ? pemiliknya sempat jadi fenomena di kalangan businessman top Jepang. Bagaimana tidak, Livedoor ini dibangun oleh Takafumi Horie yang baru berumur 33 tahun , anak muda yang istilahnya anak baru kemarin bagi kalangan businessman sepuh Jepang. Horie Sacho atau Horie mon ini membeli sebagian saham Fuji television dan dia masih berusaha untuk memiliki keseluruhan saham Fuji TV , tapi untung ada undang- undang Jepang yang tidak memperbolehkan memiliki keseluruhan saham ,tetapi hanya joint director company. Sekarang perusahaan internet service provider yang dibangun pada tahun 1996 itu sudah mempunyai staf 1.288 orang. Sekarang dia sudah menjadi ikon pengusaha muda Jepang. Kantor pusatnya berada di gedung Ropongi Hills, gedung bergengsi yang ada di Jepang.

Horie Sacho yang dikenal dengan Horie mon (mungkin Horie Doraemon). Seperti Doraemon yang punya pintu ajaib, Horiemon ini juga punya banyak mimpi yang sebentar lagi terwujud. Dia berencana investasi di proyek luar angkasa atau lebih dikenal Japan Space Dream. Selain itu dia sempat meramaikan Pemilu Jepang kemarin walaupun kalah, namun dia tetap menghibur pendukungnya dengan berjanji akan bergabung lagi di Pemilu akan datang.

Back to kaban mochi nya Horie sacho ini, dia diberi tahu kunci keberhasilan Horie Sacho. Katanya, kalau ingin berbuat sesuatu lakukanlah sekarang, jangan tunda besok., klise memang kedengarannya tapi dengan semboyan itulah sampai perusahannya bisa besar sampai sekarang.
Jadi siapa yang mau daftar jadi tukang bawa tas.......

Comments

Anonymous said…
Mbak Ulfa..klo 'tangan kanan bos' istilah jepangnya apa ya? kaban mochi juga kah? Thx ya...
heheh kalo istilah jepangnya tangan kanan saya kurang tahu. Tapi kaban mochi ini yang pasti bukan tangan kanannya bos, tapi cuma orang magang. kalo kaban mochinya bos mungkin sekertaris kali ya...? hehhee
Anonymous said…
Lain dgn sekretaris mbak. Bos saya di ktr punya tuh tangan kanan. sama2 nihonjin. Kita ksh istilah aja sendiri 'migite' hehe..
Oya, met milad buat suaminya ya mbak. Moga sisa usianya tambah barokah dan keluarga tambah sakinah. amin. Saya link ya blognya. Thx
Hanin said…
Bedanya dengan di Endonesah (bukan nama sebenarnya) adalah, kalo internship di sini dikasih bagian yang sangat tidak penting. Saya ingat masa bikin skripsi dulu. Minta data susahnya ampun-ampun. JAdi boro-boro mau belajar, dapet data aja udah syukur banget.
Sepertinya di negara tersebut masih takut dengan kemunculan pesaing baru. Jangan-jangan nanti karyawannya tambah pinter, terus bikin perusahaan baru yang bakalan jadi saingan.
Padahal, tanpa persaingan... ada monopoli.

Popular posts from this blog

Stobu

Huis Ten Bosch

Restoran 100 yen